Meski istilah ini sudah lama terlahir, namun akhir-akhir ini banyak orang yang membicarakannya. B2B dan B2C merupakan istilah populer dalam dunia marketing yang kini sedang ramai jadi perbincangan. Lalu sebenarnya apa B2B itu? Dan apa itu B2C? Apa yang membedakan dari keduanya?
B2B merupakan singkatan dari business-to-business, yang artinya jenis penjualan yang dilakukan oleh pelaku bisnis atau perusahaan ke perusahaan lainnya. Contoh yang paling sering kita lihat adalah seperti supplier yang menjual produknya ke toko. Contoh lainnya dalam ecommerce seperti alibaba.com.
Sedangkan B2C merupakan singkatan dari business-to-consumer, yang artinya jenis penjualan yang dilakukan dari pelaku bisnis ke konsumen (end user). Contohnya adalah penjual makanan, jasa laundry, dan sebagainya.
Setelah membaca penjelasan diatas, mungkin Anda sudah melihat dimana letak perbedaan antara B2B dengan B2C. Perbedaannya mendasar antar B2B dengan B2C terletak pada target market. Sepintas mungkin kita melihat hanya itu perbedaannya. Namun ada beberapa perbedaan lainnya yang perlu diketahui. Setidaknya ada 5 perbedaan B2B dengan B2C.
Table Of Contents
1- Customer Relationship
B2B : Membangun Hubungan Jangka Panjang
Bisnis B2B dijalankan antara pelaku bisnis dengan pelaku bisnis lainnya. Oleh karena itulah membangun hubungan jangka panjang itu sangat penting. Kemampuan tetap terhubung dengan audiens dapat meningkatkan Brand Awareness. Disamping itu, pentingnya membangun customer path dengan metode 5A (Aware, Ask, Apeal, Act, Advocate) juga menjadi alasan pentingnya membangun hubungan jangka panjang.
B2C : Membangun Hubungan Transaksional
Tujuan utama pemasaran B2C adalah mendorong audiens untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Karena itu, hubungan antara penjual dengan pembeli tidak berlangsung lama. Karena tujuan utama mereka terfokus pada penjualan.
2- Strategi Marketing
B2B : Menggunakan Sales Funnel
Sales funnel menggambarkan sebuah alur perjalanan marketing mulai dari awareness, menjadikannya leads, hingga melakukan pembelian (purchase). Untuk menggunakan sales funnel, pemasar B2B biasanya menggunakan media untuk menampilkan berbagai konten terkait produk atau jasanya, seperti website dan social media. Cara ini untuk meyakinkan klien bahwa mereka memang betul-betul expert dibidangnya. Sales funnel ini juga biasa dipakai untuk membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen.
B2C : Menggunakan Emotional Marketing
Sedikit berbeda dengan B2B, bisnis B2C menggunakan cara berbeda untuk mendatangkan pembeli. Karena B2C merupakan bisnis yang menyasar langsung ke konsumen, biasanya mereka menggunakan teknik marketing yang bersifat emosional. Misalnya, memberikan promo diskon dan sebagainya.
3- Pengambilan Keputusan
B2B : Logis / Rasional
B2B berfokus pada keputusan pembelian yang digerakkan oleh logis. Selama proses pengambilan keputusan, pelanggan B2B harus mengevaluasi perusahaan atau kebutuhan pekerja individu mereka. Sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena klien-nya butuh banyak pertimbangan sebelum membeli produk. Bahkan mereka cenderung melakukan riset terlebih dahulu sebelum membeli.
B2C : Emosional
Customer B2C memiliki proses yang lebih cepat dalam pengambilan keputusan. Karena produk yang dibeli biasanya hanya digunakan untuk keperluan personal (end user). Oleh karena itulah pengambilan keputusan dilakukan secara individu. B2C berfokus pada keputusan pembelian yang digerakkan oleh emosi. Pemasar B2C harus dapat membuat iklan berpengaruh terhadap kebutuhan konsumen. Setelah konsumen mengidentifikasi suatu kebutuhan, mereka sudah memiliki pemahaman yang jelas tentang jenis produk apa yang ingin mereka beli. Tidak seperti bisnis B2B, konsumen jauh lebih fleksibel ketika melihat produk tertentu untuk dibeli.
4- Target Audience
B2B : Pelaku Bisnis / Perusahaan
B2B menyasar pada para pelaku bisnis. Secara jumlah, prospek pasar B2B cenderung lebih kecil. Bisa dibilang begitu karena jumlah pengusaha atau produsen pastinya lebih kecil dibandingkan konsumennya. Itu mengapa B2B memiliki potensi penjualan yang kecil dan spesifik.
B2C : Personal / End User
B2C menargetkan konsumen akhir individu (end user). Potensi pasar B2C sangat luas dan kemungkinannya hampir tak terbatas. Karena semua orang bisa menjadi target mereka.
5- Persaingan
B2B : Reputasi & Koneksi
Persaingan di bisnis B2B lebih kepada rputasi & koneksi. Oleh karena itu tingkat persaingannya cenderung lebih rendah. Karena model bisnis B2B belum begitu diminati oleh masyarakat.
Untuk mendapatkan klien, pemilik bisnis B2B harus meningkatkan reputasinya. Entah itu dari pengetahuan dan keahlian maupun portofolio serta pengalaman melayani klien-klien lainnya.Reputasi tidak akan meningkat jika tidak memiliki koneksi. Dari mana B2B bisa mendapatkan pengalaman jika belum pernah meng-handle klien? Tapi, tanpa reputasi B2B pun tidak akan memiliki tambahan koneksi.
B2C : Persaingan Di Berbagai Sektor
Pelaku bisnis B2C cenderung lebih banyak dibandingkan dengan B2B. Itulah mengapa persaingannya lebih tinggi dibandingkan dengan B2B. Karena persaingan bisnis B2C terjadi di berbagai sektor dan skala. Mulai dari perusahaan besar hingga home industry. Maka dari itu, banyak pelaku bisnis B2C melakukan promosi jor-joran. Bahkan terkadang mereka memberikan diskon besar, hingga menggunakan brand ambassador.
Kesimpulan
B2B dan B2C sama-sama menjual produk atau jasa mereka. Namun bukan berarti semua yang dilakukannya sama. Walaupun sama-sama berjualan, mereka memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Masih banyak lagi perbedaan antara B2B dengan B2C. Anda bisa mempelajari lebih dalam lagi dengan membaca sumber dari artikel ini. Juga melalui artikel ini.